Hati-Hati, Media Sosial Rawan Mengurangi Pahala Puasa Kita

Setelah sebulan lamanya menjalankan ibadah puasa Ramadhan, akhirnya umat Islam diseluruh Dunia merayakan hari kemenangan atau Hari Raya Idul Fitri 1444 H. Idul fitri kali ini cukup spesial karena terdapat perbedaan dalam menentukan 1 Syawal, beberapa negara di Dunia seperti Arab Saudi, UEA, Qatar, Mesir, Bahrain, Aljazair, Kuwait, Irak, dan beberapa negara di Jazirah Arab lainnya merayakan lebaran pada hari Jumat (21 April 2023), sedangkan negara-negara seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei, Filipina, Australia, Jepang, dan sebagainya merayakan lebaran pada hari Sabtu (22 April 2023).

Momen bulan Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri dengan segala budaya dan pernak perniknya yang melekat menjadi ajang yang menarik bagi para Netizen untuk membagikan segala aktivitasnya melalui media sosial (medos) yang dimilikinya (Instagram, Tiktok, Facebook, WhatsApp, Twitter, dan lain sebagainya). Jika kita amati akan terlihat perbedaan perilaku dalam bermedsos dari para Netizen sebelum dan ketika bulan Ramadhan. Ada tipe Netizen yang awalnya biasa dan cenderung datar saja dalam bermedsos menjadi sangat reaktif dan sedikit-sedikit membagikan momen yang baru saja dilaluinya, memberikan petuah-petuah bijak dan mengajak kita semuanya untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan dan menjauhkan diri dari perbuatan tercela, bahkan mungkin bagi sebagian pemerhati medsos ada kesan riya’ atau pamer yang tampak.

Ilustrasi yang penulis sampaikan diatas tidak bermaksud untuk memukul rata semua Netizen, tetap ada diantaranya yang memang benar-benar ikhlas dan berniat tulus untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran, namun tidak sedikit pula diantaranya yang menggunakan medsos untuk tujuan pamer dalam ibadah yang dikerjakannya.

Pada era sebelum ada medsos, orang biasa menunggu waktu berbuka puasa dengan mendengarkan ceramah, tadarus, bercengkerama dengan keluarga, rekan, dan kerabat lainnya, serta melakukan kegiatan keagamaan dan sosial lainnya yang dianggap bermanfaat. Namun sejak era internet semakin meluas dan medsos seperti sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup, dimulailah pergeseran itu, orang lebih suka menulis status di laman medsos miliknya daripada melakukan kegiatan lainnya yang lebih bermanfaat. Dengan mengunggah foto/video kegiatan yang barusan dilakukannya ada kepuasan tersendiri dari para aktivis medsos tersebut, apalagi jika foto/video tersebut dikomentari oleh koleganya, keinginan untuk share aktivitasnya semakin menggebu, bahkan seringkali kelewat batas karena ia tidak bisa membedakan mana yang niatnya syiar untuk ibadah dan mana yang hanya untuk pamer, itu sudah diluar kendali akal sehatnya dan ia tidak menyadarinya.

Kebanyakan aktivis medsos menganggap dengan segala konten yang dibagikannya dapat menunjukkan jatidirinya bahwa ia adalah muslim taat, muslim tulen, muslim sejati, dan sebagainya. Selain memberitahukan kepada orang lain mengenai aktivitas yang barusan dilakukannya, ia juga mempunyai tujuan agar dirinya dianggap mempunyai pengetahuan agama yang lebih dibandingkan yang lainnya, tentunya secara tidak disadari ia sudah masuk kedalam lingkaran riya’ yang kita khawatirkan, ini tentunya sangat sia-sia dan merugikan yang bersangkutan karena bukan malah pahala yang didapat namun dosa riya’ yang diperolehnya.

Dengan segala kepraktisan dan keunggulan yang dimilikinya, medsos mampu merevolusi kebiasaan dan tingkah laku manusia, dengan medsos kita mampu berinteraksi dengan siapapun dan kapanpun diseluruh dunia secara lebih cepat, tepat dan efisien. Namun dengan segala keunggulan yang dimilikinya tersebut tentunya ada juga efek negatif  sebagai akibat keberadaan medsos, salah satunya merangsang manusia itu menjadi riya”. Berhati-hatilah menulis di medsos karena  jika awalnya mugkin kita berangkat dari niat Syi’ar agama, namun lama-lama setelah merasakan bangga & kepuasan mendapatkan respon dan tanggapan dari orang lain, niat itu secara tidak sadar bisa berubah menjadi riya’, tentunya hal ini sangat berbahaya jika tidak disadari dan dibiarkan terjadi.

Dalam Nuruddin (2012, h. 69), Rasulullah SAW bersabda, “Allah berfirman, semua amal anak Adam untuknya, kecuali puasa. Ia untukku dan aku yang akan membalasnya”. Dari situ jelas bahwa amalan ibadah puasa itu untuk Allah, meskipun kemanfaatannya jelas untuk manusia itu sendiri.

Karena puasa ditujukan untuk mendapat ridho dan pahala Allah SWT, maka sudah jelas bahwa semua amal ibadah yang kita kerjakan dibulan Ramadhan hanya untuk Allah semata, bukan ditujukan kepada orang lain, termasuk membagikannya kedalam media sosial. Seringkali kita mendengarkan nasehat dari para ulama bahwa banyak manusia yang tidak mendapatkan apa-apa selama menjalankan ibadah puasa, hanya lapar dan haus yang didapatkannya sementara pahala puasanya hilang. Bisa jadi hilangnya pahala bukan karena ia bersikap buruk selama puasa Ramadhan, tetapi karena terjebak kedalam perangkap riya’ di medos. Untuk itu marilah kita gunakan medsos untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat, jauhi hoax, mampu membawa kita semuanya kedalam kebaikan untuk mendapatkan pahala dan ridho-Nya.

Penulis : Arief Setiawan, S.Kom., M.Sos

               (Pranata Humas Ahli Muda Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur)

spot_img

Latest articles

Related articles

spot_img