Safari Ramadhan: Jelajah Sejarah Gubernur Khofifah ke Masjid Masjid Legendaris Jawa Timur

Warta Metropolis Jatim, 29 MARET 2023 – Selama bulan Ramadhan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa aktif melakukan safari ramadhan dengan tarawih keliling Jawa Timur serta
berkunjung dan menjelajah masjid masjid legendaris di kabupaten kota di Jawa Timur.
Di masjid masjid itu, Gubernur Khofifah melakukan sholat tarowih bersama Jema’ah,
membagi beras bagi jama’ah, serta berziarah ke makam para ulama/ Habaib leluhur yang
memiliki peran besar dalam pembangunan peradaban dan keagamaan di Jawa Timur.
Salah satunya saat Gubernur Khofifah sholat tarowih di masjik Jami’ Gresik yang di dalamnya
juga terdapat makam Habib Abu Bakar bin Muhammad Umar Assegaf yang terletak di dalam
Masjid Jami’ Kabupaten Gresik, Minggu (26/3) malam.
Ziarah tersebut dilakukan setelah menunaikan salat Tarawih bersama Bupati Gresik Fandi
Akhmad, Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah, dan masyarakat sekitar.
Dalam ziarahnya, Ketua Umum PP Muslimat NU itu tampak khusyuk mengikuti ziikir doa
sekaligus menabur bunga di makam Habib Abu Bakar bin Muhammad Umar Assegaf dan
Habib Alwi bin Muhammad Hasyim Assegaf.
Setelah berdoa, Gubernur Khofifah mengatakan, kehidupan Habib Abu Bakar Assegaf
memiliki keteladanan yang luar biasa. Diantaranya tentang kesalehan, keilmuan dan
kesederhanaan Habib Abu Bakar Assegaf.
“Selain sederhana, beliau orang yang salih dan alim dikenal memiliki karomah dari Allah,”
ujarnya.
Menurut Gubernur Khofifah, dari berbagai referensi semasa hidup Habib Abu Bakar Assegaf
merupakan pemimpin wali sedunia. Sehingga, Habib Abu Bakar mendapat julukan Al Qutb
atau pimpinan para wali.
Kedalaman dan kejernihan hati yang dimilikinya telah melahirkan pelajaran hidup yang
sangat besar dan bermanfaat bagi manusia. Khususnya, kesederhanaan dan menolong
sesama yang benar-benar membutuhkan.
Untuk mengenang perjuangannya sebagai seorang ulama, di Gresik terdapat tradisi haul
setiap tahun yang bertepatan pada tanggal 17 Dzulhijjah. Pusat acara difokuskan di
kediamannya Jalan KH. Zubair dan Masjid Jami’ Gresik depan alun-alun.

“Acara ini selalu menjadi magnet bagi ribuan peziarah yang datang dari banyak penjuru
negeri khususnya masyarakat Jawa Timur maupun para tokoh-tokoh politik,” tandasnya.

Masjid Jami’ Gresik Dibangun Saudagar Perempuan Nyai Ageng Pinatih Tahun 1412 M.

Sementara Masjid Jami’ Kab. Gresik sendiri juga menyimpan sejarah dimana Masjid ini
dibangun oleh seorang ulama dan saudagar perempuan yang termasyhur kala itu, Nyai
Ageng Pinatih.
Menurut literatur sejarah, Masjid Jami’ Kabupaten Gresik dibangun oleh Nyai Ageng Pinatih
pada tahun 1412 Masehi diatas sebidang tanah yang merupakan hadiah dari Raja Brawijaya.
Untuk memaksimalkan hadiah itu, tidak hanya perlu bekal ilmu agama tetapi juga ilmu
dagang atau ilmu ekonomi.
Dari ilmu agama para gurunya yaitu Syaikh Maulana Malik Ibrahim dan Raden Rahmatullah
alias Sunan Ampel di Surabaya yang keduanya juga mahir ilmu dagang, Nyai Ageng Pinatih
mampu menyebarkan Islam kepada warga di tanah Gresik.
Nyai Ageng Pinatih menyadari bahwa menyebarkan Islam tidak hanya berbekal ilmu agama.
Perlu juga diimbangi dengan kekuatan ekonomi yaitu dengan berdagang. Dengan kapal yang
dimiliki Ia mampu menjual hasil bumi ke wilayah lain, baik di wilayah Majapahit maupun
Blambangan serta wilayah lain.
“Dari Nyai Ageng Pinatih ini, kita belajar bahwa sejak zaman dahulu kala kebangkitan agama
juga harus berseiring dengan kemandirian ekonomi,” tuturnya.
Nyai Ageng Pinatih adalah sosok yang berhasil dalam berdagang. Hal itu ditandai dengan
kepemilikan kapal dagang yang banyak. Dan, pada 1458 M, Kerajaan Majapahit
mengangkatnya sebagai Syahbandar Pelabuhan Gresik yang bertugas memungut bea cukai
dan mengawasi kapal-kapal dagang asing.
Nyai Ageng Pinatih adalah syahbandar terkenal di zamannya dan perempuan pertama di
Nusantara yang mengurusi bea cukai. Sampai meninggal tahun 1478 Masehi, Nyai Ageng
Pinatih dikenal ulama perempuan yang juga menjadi kepala pelabuhan era Kerajaan
Mejapahit.
“Nyai Ageng Pinatih ini perempuan hebat, beliau lebih dikenal sebagai saudagar, syahbandar
juga daripada seorang ulama perempuan,” ucapnya.

Ke Masjid Agung Sewulan (Kyai Ageng Basyariah) Leluhur KH. Abdurrahman Wahid.
Tidak sampai di sana, safari ramadhan Gubernur Khofifah juga berlanjut di malam ketujuh
Ramadhan 1444 Hijriyah dimana ia melakukan sholat tarowih dilanjutkan berziarah ke
makam leluhur Gus Dur yakni Kyai Ageng Basyariah, di Dusun Sewulan Wetan, Desa
Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Selasa (28/3) malam.
Gubernur Khofifah menyebut, Kyai Ageng Basyariah ini adalah sosok ulama yang konsisten
mengajarkan nilai-nilai spiritual sebagai lokomotor perubahan. Salah satu keberhasilan Kyai

Ageng Basyariah ialah memperjuangkan Sunan Pakubuwono II dalam perebutan tahta
Mataram Kartasura melawan Sunan Kuning.
“Kyai Ageng Basyariah ini adalah pemimpin juga ulama. Dengan kedalaman ilmu agama yang
dia miliki, Kyai Ageng berperan besar atas kembalinya kekuasaan Kasunanan Pakubuwono
II,” katanya.
Dihimpun dari berbagai sumber, Kyai Ageng Basyariah atau Raden Mas Bagus Harun adalah
leluhur dari Presiden keempat RI KH. Abdurrahman Wahid dari KH. Wachid Hasyim. Kyai
Ageng Basyariah ini dikenal sebagai sosok yang cerdas, alim, dan tawadhu.
Bagus Harun (Basyariah) adalah Putranya Adipati Ponorogo yang menjadi Santri di Tegal Sari
Ponorogo. Sewaktu Paku Buwono II mengungsi ke Tegal Sari karena Keraton Solo direbut
oleh Mas Garendi (Sunan Kuning).
Paku Buwono II minta tolong kepada Kyai Tegal Sari Ponorogo untuk membantunya, Kyai
memerintahkan Santrinya yaitu Bagus Harun (Basyariah), setelah berhasil mengalahkan
Raden Mas Garendi, akhirnya Bagus Harun (Basyariah) mendapat hadiah berupa Songsong
dari Paku Buwono II.
Kemudian RM. Bagus Harun (Basyariah) pulang ke Tegal Sari Ponorogo, medapatkan pula
Tanah Perdikan di Sewulan. Kemudian didirikanlah Masjid dan Pesantren sebagai upaya
Dakwah Agama Islam oleh Bagus Harun (Basyariah).
Atas jasa perjuangannya, Kyai Ageng Basyariah hendak dijadikan Adipati Banten. Namun ia
menolak dan memilih kembali ke pesantren.
“Sifat tawadhu’ beliau perlu diteladani, bahwa saat menggengam keberhasilan, harus tetap
rendah hati,” imbuhnya.
Pada Tahun 1.740 M, Kyai Ageng Basyariah mendirikan Masjid Agung Sewulan yang hingga
saat ini masih berdiri kokoh.Masjid Agung Sewulan ini memiliki corak bangunan khas Jawa
yang tetap dipertahankan, atap yang terdiri dari tiga susun, disertai kolam air untuk cuci
kaki, dan gapura yang kokoh.
“Masjid tempat kita salat tarawih ini adalah peninggalan Kyai Ageng Basyariah, semoga kita
semua mampu meneladani beliau, ketawadhuannya dan bagaimana menjadi pemimpin
yang juga ulama” harapnya.
Sementara nasab yang ditarik dari garis neneknya Presiden Keempat Gus Dur, masih
keturunan dari Bagus Harun (Basyariah) dan pada masa kecilnya Presiden Keempat Gus Dur
pernah tirakat di Sewulan.
Apabila di runut ke atas Bagus Harun (Basyariah) anaknya Adipati Ponorogo yang
merupakan Cucu Buyutnya Panembahan Senopati dan apabila ditarik lebih ke atas lagi
adalah keturunan dari salah satu Raja Majapahit Bhre Brawijaya.
Sebelum berziarah, Orang nomor satu di Jatim ini bersama Bupati Madiun Ahmad Dawami
dan Wakil Bupati Madiun Hary Wuryanto melaksanakan salat tarawih berjamaah bersama
masyarakat Desa Sewulan di Masjid Agung Sewulan.
Tak hanya itu, Gubernur perempuan pertama di Jatim ini juga membagikan 400 kantong
beras yang masing-masing beratnya 3 kg kepada seluruh jamaah salat tarawih. (erl)

spot_img

Latest articles

Related articles

spot_img